Cerita Kehamilan #2 (5 – 8W)

Mendengar cerita teman-teman tentang reaksi mereka (suami-istri) begitu mengetahui hasil testpack yang bergaris dua rasanya macam-macam, dari yang keduanya kompak berucap sukur, sampai ada yang mengeluarkan air mata. Bagaimana dengan kami? Saat melihat dua garis merah yang tegas, saya masih setengah gak percaya. Eh ini hamil ya beneran? Belum tepat satu bulan nikah ini. Sambil sedikit mengguncang-guncang badan suami : “Yang, garis dua ini, hamil ini katanya..” Respon Pak Suami : Iya, hamil *datar* Laaaaah, kirain ada adegan sedikit romantis, atau gimanaa gitu.. taunya datar aja, haha ekspektasi berlebihan emang ini Ibu Istri. Dengan sedikit adegan ngambek, saya ngeloyor aja pergi nongton TV, ninggalin Pak Suami yang lagi sibuk masang-masang saluran air buat mesin cuci. Setelah ngambek selesai, barulah saya tau, kalau doi udah feeling saya hamil dari dua pekan yang lalu, jadi pas liat hasil testpack ya biasa aja.. 😀

Terus udah tau hamil gimana? Ya enggak gimana-gimana.. kita gak langsung ke dokter or bidan, lah hari itu lagi sibuk dengan cucian, hihi. Setelah saya ingat-ingat, orang yang pertama kali kami beritau kalau kami hamil itu bukan orang tua kami, tapi Bossnya Pak Suami : Pak ES, Hahaha.. bahkan yaa.. dalam urusan setelah menikah-pun kami masih melibatkan beliau *hapunten pak :D*, Orang kedua? Another Bossnya Pak Suami : Pak Warsito, yang ketiga : dengan polosnya saya meng-sms Mbak Ary (doi yang kekeuh nyuruh saya pakai test-pack), daaan baru setelah tanggal 19 Januari-lah kami bilang ke orang tua.. Kalau orang kantor sih, penyebaran informasinya secepat kilat yaa, apalagi mulai tanggal 10 Januari itu, dimulailah gelombang cinta dari perut ini (emesis, mual-mual, huek-huek)

Iya-iya, melihat si kakak (bayi) dimulai dari tanggal 19 Januari 2013, diputuskan untuk mengunjungi Dokter Ony Khonsa di RSI Jakarta, Cempaka Putih. Ibu Istri ini, tidak berpengalaman dalam hal tunggu menunggu dokter kandungan yang terkenal, jadilah kami menunggu hampir dua jam, dengan kondisi yang lumayan pusing + mual-mual. Begitu giliran masuk, huwiih senengnya, langsung timbang berat badan, cek tensi, dan pencatatan tanggal HPHT (hari pertama haid terakhir). Setelah dihitung manual dengan HPHT, diprediksi usia kehamilan baru mencapai 7  pekan, makanya saat dilakukan USG biasa *diatas permukaan perut* tidak begitu jelas. Hoya, FYI alat USG di Klinik Raudah RSIJ Cempaka Putih sungguh-sungguh tidak keren, jadul, itu pengakuan Dokter Ony langsung loh. Jadilah saya harus di USG Transvaginal untuk mengetahui kondisi janin dalam rahim. Apa itu USG transvaginal? silahkan gugling sendiri. Sakit gak? Enggak, biasa aja.. Daaan.. ini hasil cetak USG pertama kakak..

(foto menyusul, hahaha)

Rasanya menakjubkan ya, ada makhluk lain di dalam tubuh kita. Walaupun usianya masih terhitung hari, walaupun yang bisa kita pantau hanya lokasi janin dan detak jantungnya yang beraturan, tapi rasanyaa.. Subhanallah, senang sekali.. Dokter Ony menjelaskan dengan details dengan Bahasa Inggris *maksudnya apaa deeeeh* kalau lokasi janin tepat, detak jantung sangat bagus, semua oke alhamdulillah. Daan saat menjelaskan usia kandungan yang lebih cepat dari usia pernikahan.. Naaaah ini sih saya udah tau itung-itungannya, tapi Pak Suami (dan kebanyakan orang kantor) masih belum tau. Mari sedikit saya jelaskan *untuk yang siklus haid teratur 28*..

HPHT (hari pertama haid terakhir) : 29 November 2012, Menikah : 9 Desember 2012, USG Transvaginal : 19 Januari 2013  menunjukkan hasil positif hamil, dengan proyeksi usia kandungan : 8 Minggu. Ternyata untuk yang siklus haidnya normal teratur, usia kandungan hari pertama justru dihitung dari hari pertama haid teratur, meskpin status saya waktu itu masih single loh ya :p, bukan dari saat pergantian status. Jadilah meski usia pernikahan masih 5 minggu, tapi usia kandungan sudah 7 minggu :D, kalau dikantor sih pada heboh dengan istilah “DP duluan” yang gak mungkin banget.. setelah di jelaskan sistem perhitungan usia kandungan, responnya juga macem-macem, ada yang angguk-angguk, ada yang kekeuh gak percaya, ada yang bilang apalaaah.. *lagian saya juga sih ya kurang kerjaan, haha*

Selama kehamilan sampai pekan ke-8, semua masih normal.. pusing-pusing yang masih bisa diabaikan, mual-mual yang masih dicoba untuk dinikmati. Cuman agak pilah pilih makanan, gak mau yang bersantan aja..

Cerita Kehamilan #1 :  Here

to be continued.. ;)

Author: Icha

Fulltime Mom | Parttimeworker | Istri @panjinursetia | Bunda AmayaArsa | Addicted to : Book, Good Movie, Park, and Design :)

5 thoughts on “Cerita Kehamilan #2 (5 – 8W)”

  1. kayanya harus dipantengin nih artikel satu… soalnya istri ku juga (mau) hamil… makasih udah share pengalamannya…

    oia, salam kenal dari Bandung

Leave a reply to nanay Cancel reply

Small Talks About Love and Life with PloveA

There's Laugh... There's Joy... There's Love... There's Life...

Diary Hujan ™

karena hujan senantiasa mengajarkanku tentang arti cinta dan kehidupan...

PM

Bacalah dan Menulislah

leniaini blog

here's more to remember

nazh al itsnaen

seorang pembelajar kehidupan dan perekam momen-momen yang ada di dalamnya

Verba volant, scripta manent

Spoken words fly away, written words remain...

Arsitekata

menarik garis, membuat batas, meréka makna

Sakura Merah

share something with love...

Selembar Kertas Kehidupan

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain

Travelover Travelogue

Just a little story of my little adventure...

uus

Just a goofy-random-(probably)-gonna-be-cheesy-diary

catatan mama nisa

Jadi Ibu di Jepang.

Cerita dari Seberang

Ketika hidupku hidupmu seiring sejalan

A Modern Indonesia Fairy Tale

Sofia Dewi Passion Diary

Nonikhairani

Once You Make a Decision, The universe Conspires To Make It Happen

Dewi Nur Aisyah

Sejernih cita, Sebening asa, Merajut cerita