Saya tercengang. Si Teteh baru saja selesai menceritakan proses pernikahan temen saya yang waw banget. Beliau menikah dengan seorang laki-laki yang sudah memiliki satu anak, berumur 6 tahun. Selisih umur dengan suaminya, lebih dari 15 tahun. Waw. Saya yang polos ini cuman bisa berkomentar dalam hati. Bagi saya, beliau luar biasa.. masih muda, cantik, cerdas, baik hati luar biasa.. kalau main ego, pasti bisa pilih imam yang setara.
Kalau-lah menikah bukan karena Allah, lantas untuk apa cha? jawaban si teman, saat saat iseng keterlaluan tanya : kok bisa?
**
Saya tercengang. Si Mbak iseng ketik sesuatu pada aplikasi notepad di HPnya, lalu memeperlihatkannya : Cha, ibu-ibu yang pakai jilbab oren itu istri kedua dari suaminya. Suaminya yang duduk disampingnya. Lalu seketika melihat mereka yang bercanda kecil, dan tertawa ringan satu sama lain. Saya tanya : istri pertamanya sudah meninggal? | Si Mbak : Belum, poligami. | Aiiih.. meleleh saya jadinya.
**
Lalu perjalanan menuju Serang dengan seorang al-ukh pun tiba-tiba sampai pada tema poligami.
Kata temen Gue, kenapa poligami dibatasi dengan 4 istri karena pada zaman Rasulullah banyak orang yang menikahi belasan, bahkan puluhan wanita. Poligami zaman dulu itu membuat yang awalnya besar, menjadi kecil. Puluhan menjadi empat. Manusia zaman sekarang? normalnya itu satu, tapi pada sok-sok-an pakai dalil boleh empat, jadilah empat. jadilah Poligami zaman sekarang menjadikan Sesuatu yang awalnya kecil, jadi besar. Beda perkara, atau malah cari perkara?
Poligami itu mencari kebahagiaan yang belum pasti pada pelakunya, tapi sedih-nya (hampir) sudah pasti pada istri pertamanya.
**
dan diskusi ringan dengan mbak-ku terhenti saat dia bilang :
Cha, saat kita masih ada di dalam rahim, sudah dituliskan segala takdir kan ya? hidup, mati, rezeki, jodoh. Semua manusia pasti sudah ada jodohnya. Tapi Allah gak kasih jaminan kan, apa jodohnya di dunia atau di akhirat? tidak menjamin juga kita berjodoh, lalu menjadi istri pertama? gak ada..
saya merinding, dan meminta ganti tema.
**
Kalau memang poligami itu tidak lucu, lalu kenapa bapak-bapak dan mas-mas di kantor ini sering kali membuatnya menjadi bahan lelucon.
Icha tau, lelaki yang heboh ngomongin poligami, justru gak akan berani berpoligami. yakin ~kata si boss.
atau misalnya iseng tingkat parah men-cie-cie-kan saya dengan konsultan yang sudah beristri, segitu lucunya ya poligami?
**
Saya belum menikah, belum pernah merasakan jadi istri. Apa yah rasanya ada makhluk lain bernama “wanita” tiba-tiba hadir di tengah-tengah kebahagiaan keluarga mereka? Apalagi terbayang, apa yah rasanya menjadi makhluk lain bernama “wanita” yang hadir di tengah-tengah kebahagiaan keluarga orang? Atau pertanyaan lain yang sering mampir dibenak saya : apa semua laki-laki normal menginginkan wanita lebih dari satu?
*
aiiih, kalau-lah menikah bukan karena Allah? lalu untuk apa?
~bacanya, tanpa tendensi macem-macem~
~gambar dari si om gugel~