Beneran cha, hati-hati dalam berfikir. Kamu tau, satu dari sepuluh orang di Jakarta itu sakit jiwa. Iya sakit jiwa! Tiba-tiba obrolan dengan Mbakku -yang psikolog- kembali ter-play begitu saja. Sakit jiwa? Membayangkannya saja aku tak berani. Tapi dengan fakta-fakta di lapangan, sepertinya sakit jiwa bukan hal yang aneh. Hati-hati dengan pikiranmu. Seperti pagi ini, begitu banyak istighfar yang terucap.
Pernah suatu pagi, dengan bodohnya dia menginginkan bangun dengan sosok manusia lain. Terlepas dari masalah-masalah yang tiap saat datang. Selesai satu, datang dua, selesai dua, datang tiga,begitu seterusnya. Itu sakit jiwa!